Mencuba ukur takat kepala batu,
Kunci jasad yang merengek-rengek,mahu padamu
Tapi langit sedari tadi masih merayu,
Bikin Aku jadi tambah buntu,
Aku buka jendela kamar, biar kau bisa redah masuk,
Ya,dakapan ini hanya untuk kau saja yang aku akur,
Lelap sebentar di atas riba ku?
Dongeng malam ini,limitasinya bukan cinta kita yang menentu,
Kasi aku usap rambut mu dulu,
Mata masih terpaku di satu titik,
Jari masih lincah menyulam bait,
Tapi sayang, ya ,aku masih dengar cerita mu yang datang jauh dari langit
Muntahkan saja, tidak mengapa,
Hatimu dingin, bukan seperti yang punya aku,
Panas, tak keruan dan cerewet tidak menentu,
Tapi entah mengapa aku juga tidak tahu,
Saban hari aku rindu kucup dingin mu yang mencandu jiwa panas ku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment