Aku selalu ujarkan ini;
Pertimbangan fikiran dan hati perlu stabil !
Apa-apa yang dizahirkan dengan perbuatan, kata-kata, mungkin juga tulisan itu sumbernya dari yang dua ini.
Tapi untuk tidak akur dengan kamahuan hati itu bukan sesuatu yang senang.
Tahun demi tahun rutinku bertengkar dengan diri sendiri. Salah satu punca aku benci kebingitan dan ayat-ayat bodoh yang mengusutkan kepala adalah kerana aku sendiri cukup dengan elemen itu . Serba-serbi. Cumanya ia terletak di satu lokasi yang hasil bunyinya hanya boleh di dengar oleh diri sendiri.
Melawan, Berhenti Menduga, dan Merawat hati itu susah!
Dan kadangkala ia jadi satu kitaran lengkap yang berulang-ulang dan bercampur baur dengan informasi dan wayang lain di kepala. Di mana boleh aku menuntut ilmu Rasional yang tak terjangkaukan? Berapa nisbah kesalahan dan kebaikan yang wajar dan normal untuk dilakukan dalam sehari.
Mungkin adalah lebih senang untuk berhenti menimbang- nimbang dan jadi dungu. Tapi itu juga aku tidak mampu. Aku ada sebuah kerajaan Setan ciptaan sendiri yang aku tanam di pusat alam spiritualku sejak dulu. Aku juga tidak tahu dari mana asalnya. Tapi nama kerajaan itu " Ego dan Ragu ".
12 June 2012
7 June 2012
Untuk Hujan
Mencuba ukur takat kepala batu,
Kunci jasad yang merengek-rengek,mahu padamu
Tapi langit sedari tadi masih merayu,
Bikin Aku jadi tambah buntu,
Aku buka jendela kamar, biar kau bisa redah masuk,
Ya,dakapan ini hanya untuk kau saja yang aku akur,
Lelap sebentar di atas riba ku?
Dongeng malam ini,limitasinya bukan cinta kita yang menentu,
Kasi aku usap rambut mu dulu,
Mata masih terpaku di satu titik,
Jari masih lincah menyulam bait,
Tapi sayang, ya ,aku masih dengar cerita mu yang datang jauh dari langit
Muntahkan saja, tidak mengapa,
Hatimu dingin, bukan seperti yang punya aku,
Panas, tak keruan dan cerewet tidak menentu,
Tapi entah mengapa aku juga tidak tahu,
Saban hari aku rindu kucup dingin mu yang mencandu jiwa panas ku.
Kunci jasad yang merengek-rengek,mahu padamu
Tapi langit sedari tadi masih merayu,
Bikin Aku jadi tambah buntu,
Aku buka jendela kamar, biar kau bisa redah masuk,
Ya,dakapan ini hanya untuk kau saja yang aku akur,
Lelap sebentar di atas riba ku?
Dongeng malam ini,limitasinya bukan cinta kita yang menentu,
Kasi aku usap rambut mu dulu,
Mata masih terpaku di satu titik,
Jari masih lincah menyulam bait,
Tapi sayang, ya ,aku masih dengar cerita mu yang datang jauh dari langit
Muntahkan saja, tidak mengapa,
Hatimu dingin, bukan seperti yang punya aku,
Panas, tak keruan dan cerewet tidak menentu,
Tapi entah mengapa aku juga tidak tahu,
Saban hari aku rindu kucup dingin mu yang mencandu jiwa panas ku.
4 June 2012
Rain
Semua aturan jadi kacau!
Intuisi merusuh-rusuh semahu rasa,
Aku harap ada frasa yang kastanya atas sedikit dari celaka,
Seperti kecelakaan yang celaka,
Untuk kebingungan yang paling membabi buta seperti celaka yang ini,
Sekilas ada kau dan aku,
Sekilas aku kau sepak pergi, dan pulangnya entah kapan tahu
Intuisi merusuh-rusuh semahu rasa,
Aku harap ada frasa yang kastanya atas sedikit dari celaka,
Seperti kecelakaan yang celaka,
Untuk kebingungan yang paling membabi buta seperti celaka yang ini,
Sekilas ada kau dan aku,
Sekilas aku kau sepak pergi, dan pulangnya entah kapan tahu
Subscribe to:
Posts (Atom)